Yogyakarta, Mei 2016.
Budaya dan Pemuda
Siang itu, ditengah kebosanan saya men-scroll laman-laman dan
timeline hiburan sehari-hari (baca: instagram), saya menemukan sebuah page yang
menawarkan hal menarik, berisi informasi mengenai teknologi dan kendaraan
terkini. Toyota Manufacturing Indonesia. Di page itu saya membaca deretan
penemuan terkini, dan mutakhir mengenai hal-hal tabu (bagi kalangan awam)
seperti saya, yang dunianya belum terlalu dekat dengan teknologi di bidang
otomatif. Page ini menyajikan informasi berguna yang berkaitan dengan mesin,
sparepart, bahkan perawatan dan fasilitas terbaru nan cangggih yang dirilis
oleh Toyota. Dan kemudian saya membaca sebuah pengumuman menarik! Ya, sebuah
lomba yang pada dasarnya, adalah membuat Quotes dan Blog serta Kompetisi Photo,
yang berkiblat pada kepedulian rakyat Indonesia akan kebudayaan, sumber daya,
dan kekayaan bangsa, dengan ikut serta dan berpartisipasi dalam lomba ini.
Membaca pengumuman tadi, saya tertarik. Selain karena koleksi
foto-foto yang kebetulan, berkaitan dengan lomba lumayan banyak, sebut saja
temanya BUDAYA, saya berinisiatif untuk ikut serta. Secara teknis, jelas sebuah
lomba atau ajang apapun pasti diawali dengan tahap pendaftaran atau
administrasi, secara gampangnya. Lalu setelah proses pendaftaran, saya kemudian
memilah jenis lomba apa yang akan saya ikuti. Karena ada 3 jenis lomba, Photo
Competition, Quotes dan Blog. Ohya, lomba yang diadakan TMMIN Indonesia ini
adalah IMAJINESIA. Kalau teman-teman searching di google maka akan muncul hasil
secara lengkapnya.
Singkat cerita, kemudian saya pun memutuskan untuk mengikuti lomba
Quotes IMAJINESIA. Ada 3 jenis subtema
yang diangkat pada lomba Quotes ini. yakni Product and Technology, Industry
Development, dan Social Empowerment. Tema yang saya pilih adalah Social
Empowerment, karena secara sederhananya, saya lebih paham dengan subtema ini.
Berikut quotes yang telah saya upload di TMMIN Quotes.
“Hilang Budaya, Hilang Entitas Bangsa”
Sebelum membuat quotes
ini jelas saya pertimbangkan baik-baik, bermanfaatkah yang saya tulis, baikkah
yang saya posting atau saya hanya mengejar hadiahnya saja? Tidak munafik,
hadiahnya memang menggiurkan, tapi dibalik semua itu, ada beberapa pemikiran
kecil, yang saya coba ingin bagi kepada warga Indonesia, terutama pemuda dan
remaja. Mengapa dua jenis manusia ini? Ya dua jenis jenjang usia yang sedang
gencar-gencarnya mencari jati diri. Menilik sejarah bangsa kita yang dulu kaya
akan moral, adat dan budaya, miris rasanya melihat tingkah dan kelakuan remaja
belia, yang sebenarnya mereka hanya ikut-ikutan saja. Budaya paling sederhana
saja, salim tangan terhadap orangtua, sudah mulai ditinggalkan. Menyapa sesama,
yang berkembang sekarang adalah kata-kata kasar, yang terlontar tanpa batasan,
karena sudah dianggap kebiasaan. Iya, normal. Tapi mau sampai kapan? Masih
ingat beberapa aset penting budaya kita pernah diklaim negara lain? Dan
golongan yang mulai mendewakan bahasa asing sebagai bahasa kekinian. Tolong,
didunia Indonesia Cuma 1, tidak ada replikanya. Tidak ada yang bisa
menggandakannya atau menggantinya dengan apapun. Dan inilah mengapa, Kata
Entitas atau wujud saya selipkan di quotes
ini, agar siapapun yang membacanya (( dan bahkan saya pribadi )) , menyadari
Indonesia itu punya wujud, punya budaya dan punya banyak aset berharga yang
wajib kita jaga, sebagai bentuk cinta pda negara ini.
“Entitas Budaya Bangsa ada di Tangan
Pemuda Berdigdaya”
Lagi, lagi entitas, dan
Budaya. Sebut saja saya seorang naif yang sedang cinta-cintanya pada budaya
Indonesia, karena baru menyadari, ya Indonesia ini istimewa. Manalagi sih,
negara yang upacara perkawinan, kelahiran dan kematiannya saja beragam dan
penuh makna serta filosofisnya tinggi? Mana lagi sih, sudut kota yang
menyajikan keramahan ketika bahkan kita ngga kenal itu siapa yang lewat? Lalu
mengapa di tangan Pemuda yang Berdigdaya. Kata digdaya pertama kali saya cari
ketika saya duduk dikelas 2 SD, dimana saya hanya paham digdaya itu Unggul, tak
terkalahkan, tapi baru di bangku SMA kelas 2 saya paham, digdaya itu bukan
sekedar Unggul, tapi juga kuat, kokoh, dan selalu bermental pemenang. Menang
disini bukan berarti harus selalu menang, tapi bermental pemenang, tau kapan
harus mengakui kekalahan. Yap, karena hanya orang bermental yang paham bagaimana
memaknai sebuah kekalahan.
Mengapa harus berdigdaya?
Kembali pada esensi
kata digdaya, pemuda Indonesia , harus punya jiwa yang kuat, mental yang tidak
lembek dan diri yang mau sadar akan kelemahan diri sendiri dalam menghadapi
persaingan di dunia global. Contoh kecil saja, berbisnis UKM yang basicnya hanya bersaing di lokal,
setidaknya kita punya pemikiran, anti iri, ini bangsa sendiri. Kita melawan
diri dan iri demi perbaikan negeri ini.
“Kebudayaan itu Harga Berharga , Manusia
yang Memegang Kunci “
Ya, dari laman yang pernah saya baca “Jika kita tidak berilmu,
setidaknya kita punya malu” (( via: berdakwah.net )). Kata kata ini
yang menginspirasi saya untuk membuat quotes ini. Sebab memang, sepandai
apapun kita, bahkan jika kita tidak memiliki
adab dan malu, tidak akan bedanya dengan orang yang tak punya ilmu. Jelas
standar untuk menentukan berilmu atau tidak adalah bertolak pada sikap dan
kelakuan kita terhadap sesama. Maka apapun itu budayanya, manusialah yang
memegang kunci dari bentuk keabsahan entitas bangsa ini.
Secara sadar, saya paham betul banyak sekali karya yang lebih
berkualitas dari saya, tetapi puji syukur saya memenangkan lomba ini. Lalu, apa
tujuannya menulis ini? Pamer? Jelas tidak. Mau terkenal? Jelas bukan. Saya hanya
berharap bahwa, kelak jika anak saya, ataupun siapapun yang membaca ini dimasa
depane, entah dalam keadaan apa saya nantinya, semoga kebudayaan bangsa ini
tetap terjaga, dan lestari entitasnya, dan budaya kita tidak kehilangan
manusia-manusia berdigdayanya.
Dedicated to myself and my future precious
family.